Lobster: Makanan Penjara yang Naik Kelas

aruna_admin

March 1, 2021

Lobster makanan penjara

Tidak semua orang bisa menikmati hidangan lobster. Selain karena terkesan sulit didapatkan, ada anggapan bahwa hasil laut yang satu ini harganya pasti selalu mahal dan tidak terjangkau. Tapi siapa sangka, status “mahal” itu tidak melekat di lobster sejak pertama kali disantap. Statusnya sebagai makanan mewah itu justru baru belakangan disematkan ketika ketersediaan lobster berkurang sementara permintaan terus bertambah di seluruh dunia.

Ceritanya, pada 1622, William Bradford, seorang gubernur perkebunan di Amerika Serikat menyajikan lobster kepada tamu yang datang ke rumahnya. Di masa itu, lobster justru dianggap makanan murahan di meja makan golongan kelas menengah ke bawah. Tentu saja karena jumlahnya sangat banyak, wujud fisiknya yang mirip serangga semakin menegaskan statusnya sebagai makanan murahan.

Sumber foto: https://medium.com/five-guys-facts/lobster-some-og-prison-food-e48b8409373

Pernah dikemas kalengan

Karena jumlahnya yang banyak, lobster bahkan pernah dikemas dalam kalengan. Kala itu harga per kalengnya lebih murah ketimbang sekaleng kacang panggang di Boston. Oleh karena itu, banyak keluarga kaya di Amerika membeli lobster kalengan untuk dijadikan makanan kucing lho!

Sumber foto: https://www.thiscityknows.com/the-cockroaches-of-the-sea-when-lobster-was-food-for-the-poor-and-prisoners/

Para nelayan di Amerika dan Kanada punya sebutan sendiri untuk lobster. Mereka menyebutnya sebagai the cockroaches of the sea karena bentuknya yang seperti itu. Karena jumlahnya yang banyak juga, lobster sempat populer sebagai makanan bagi para narapidana di penjara-penjara Amerika Serikat. Para narapidana itu memakan makanan yang murah dan mudah didapatkan.

Baca juga:

Baru pada sekitar abad ke-19, koki di kereta api mulai menyajikan lobster sebagai makanan eksotik dan seolah langka. Meski tidak menampilkan wujud fisiknya secara penuh, lobster mulai diolah dengan sedemikian rupa sehingga tampil cantik di meja makan. Karena itu, popularitasnya kemudian menyebar ke luar kereta juga. 

Pada 1880-an, para koki di luar kereta juga mulai berinovasi menyajikan lobster dengan lebih baik. Lobster mulai disajikan dengan roti dan mentega, dan dikemas sebagai makanan kelas atas. Akhirnya, jumlah lobster di pasaran pun kian sedikit. Sementara itu permintaan terus naik secara konsisten.

Lobster, Crab, and a Cucumber – painting by William Henry Hunt (watercolor, 1826 or 1827)

Sumber foto: https://www.thiscityknows.com/the-cockroaches-of-the-sea-when-lobster-was-food-for-the-poor-and-prisoners/

Hingga sekarang, lobster dikenal sebagai makanan mewah yang hadir di meja-meja makan kalangan tertentu saja. Nah, karena Aruna menjalankan fair trade dan transparansi pembelian hasil laut di berbagai wilayah di Indonesia, harga hasil laut bisa sangat terkendali dan menguntungkan baik bagi nelayan maupun bagi pembeli.

Lobster Aruna bisa didapatkan dengan mengunjungi laman aruna.id dan di marketplace Tokopedia dan Shopee lho! Cek juga Instagram dan Facebook kami supaya tidak ketinggalan promo lobster dan hasil laut lain yang segar dan sehat!

Leave a reply

No comments found.